Mini Riset: Maqom Syekh Ahmad Al-Mutamakkin Kajen

MAQOM SYEKH AHMAD AL-MUTAMAKKIN KAJEN

 

LAPORAN MINI RISET

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah:  Islam dan Budaya Jawa

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

 Logo_uin_walisongo

Disusun oleh :

NURUL AFIFAH

133511049

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2015


 

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pulau Jawa banyak memiliki kompleks pemakaman dan masjid keramat yang menjadi sasaran ziarah oleh ribuan orang setiap tahunnya sehingga pulau Jawa menjadi pusat wisata ziarah di Indonesia. Kegiatan ziarah makam (pasarean) tokoh-tokoh Islam terkenal, seperti makam para wali dan sejumlah masjid tua bersejarah untuk berdoa meminta berkah seperti ini biasanya erat kaitannya dengan kegiatan yang dilakukan untuk menghormati bulan Sura yang dilakukan sebagian masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat pendukungnya yang meyakini bahwa ritual tersebut akan membawa barokah bagi masyarakat yang melaksanakan tradisi ini. Kebudayaan ini berkembang dikarenakan masyarakat meyakini tradisi tersebut.

Tradisi ini juga masih dijumpai sampai sekarang di desa Kajen kabupaten Pati yang berupa upacara ritual di tempat makam pesarean Syekh Ahmad Al-Mutamakkin yang di sebut dengan istilah Tradisi 10 Sura Syekh Ahmad Al- Mutamakkin. Tradisi ini dilaksanakan mulai tanggal 6-11 Sura yang diisi dengan acara ritual seperti Tahtiman Al-Quran Bilghoib dan Binnadhor, buka selambu dan pelelangan, serta tahlil khoul

Syekh Ahmad Al-Mutamakkin adalah seorang ulama’ kejawen yang muncul sekitar abad ke-18, ketika masa pemerintahan Pakubuwana II. Kisah hidupnya ditulis dalam Serat Cabolek yang diciptakan oleh Yasadipura I. Syekh Ahmad Al-Mutamakkin singgah dan menetap di desa Kajen yang kemudian dijadikan pusat keagamaan dalam penyebaran Agama Islam di wilayah Pati. Sejak itulah desa Kajen menjadi pusat pendidikan Agama Islam di daerah Pati dan sekitarnya.

Oleh karena pengaruhnya yang cukup besar tersebut di daerah Kajen dan wilayah Kabupaten Pati, pada mini riset kali ini penulis mencoba memaparkan tentang siapa, bagaimana peran Syekh Ahmad Al-Mutamakkin di daerah Kajen dan Pati serta bagaimana masyarakat Kajen dan Pati sangat menghormati beliau.

RUMUSAN MASALAH

  1. Bagaimana biografi singkat Syekh Ahmad Al-Mutamakkin Kajen?
  2. Bagaimana peran Syekh Ahmad Al-Mutamakkin di lingkungan masyarakat Kajen dan sekitarnya?
  3. Bagaimana ritual 10 syura yang diadakan di maqom Syekh Ahmad Al-Mutamakkin sebagai bentuk penghormatan masyarakat Kajen terhadap beliau?

 TUJUAN PENELITIAN

  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Kebudayaan Jawa di UIN Walisongo Semarang.
  2. Mengetahui riwayat hidup dan peran Syekh Ahmad Al-Mutamakkin bagi masyarakat Kajen dan sekitarnya.
  3. Mengetahui respon masyarakat terhadap ritual 10 syura yang diadakan di maqom Syekh Ahmad Al-Mutamakkin sebagai bentuk penghormatan masyarakat Kajen terhadap beliau.
  4. Mengetahui prosesi dan esensi ritual 10 syura yang diadakan di maqom Syekh Ahmad Al-Mutamakkin

 METODE PENELITIAN

  1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal maqom Syekh Ahmad Al-Mutamakkin di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Pada tanggal 23 Desember 2015.

  1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara. Wawancara ini saya lakukan dengan salah seorang warga Desa Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati.

  1. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini instrumen sebagai alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara.

Mini Riset: Tradisi ‘Manaqiban’ Masyarakat Desa Kalimulyo

TRADISI ‘MANAQIBAN’ MASYARAKAT DESA KALIMULYO

KECAMATAN JAKENAN KABUPATEN PATI

LAPORAN MINI RISET

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah:  Islam dan Budaya Jawa

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

 Logo_uin_walisongo

Disusun oleh :

NURUL AFIFAH

133511049

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2015


 

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Mengenang dan menjadikan pengalaman hidup para waliyullah yang telah meninggal sebagai sebuah pelajaran hidup lewat cerita dan kisah-kisah hidup adalah hal yang diperintahkan Allah. Ayat di bawah ini bisa dijadikan landasan mengapa kita harus berada di belakang orang-orang yang selalu berada dalam jalan kembali kepada Allah swt.

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS Luqman: 15)

Bersyukur kepada Allah atas nikmat besar dimana kita masih bisa mendengar tausiah atau nasehat para ulama yang tidak bosan-bosannya mendorong manusia agar meningkatan kualitas iman ruhaninya. Bukan sekedar kata-kata, prilaku dan contoh kehidupannya merupakan pelajaran yang amat berharga yang semestinya dijadikan teladan bagi para murid-muridnya atau para simpatisannya. Semoga upaya para ulama ini dapat kita ikuti baik yang mengaku murid-muridnya atau yang menyukai perjalan ruhani menuju Mahabbah kepada Allah.

Daerah kabupaten Pati adalah satu daerah yang masih kental dengan ritual-ritual Jawa. Begitu juga dengan masyarakat muslim Pati pun masih mengamalkan budaya-budayanya yang bercorak Jawa dan memadupadankan dengan nilai-nilai Islam. Salah satu tradisi yang dilakukan oleh dunia pesantren yang ada di daerah Pati adalah mengamalkan manaqib (manaqiban). Manaqib yang dibaca adalah seputar prikehidupan Syekh Abdul Qadir al Jailany yang dikenal dengan Sulthanul Auliya. Dan berikut akan diurakan sekilas tentang apa dan bagaimana tradisi manaqiban di daerah Pati.

RUMUSAN MASALAH

  1. Apa yang dimaksud dengan tradisi manaqiban yang ada di daerah Pati?
  2. Bagaiman tata cara pelaksanaan tradisi manaqiban yang ada di daerah Pati?

TUJUAN PENELITIAN

  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Kebudayaan Jawa di UIN Walisongo Semarang.
  2. Untuk mengetahui tata acara pelaksanaan tradisi manaqiban di Kabupaten Pati
  3. Untuk mengetahui maksud dari tradisi manaqiban di Kabupaten Pati

METODE PENELITIAN

  1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah bapak Ahmad Syujai (alamat: Ds. Kalimulyo 01/I, Kec. Jakenan Kab. Pati) pada tanggal 22 Dessember 2015.

  1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara. Wawancara ini saya lakukan dengan salah seorang warga Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati bernama Bapak Ahmad Syujai.

  1. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini instrumen sebagai alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian dan Bentuk Manaqiban di Daerah Pati

Manaqib adalah sebuah budaya mengenang sejarah dan autobiographi wali. Manakib berisi riwayat hidup orang-orang yang sholeh (wali). Manaqib berasal dari kata jama’ Manqibah yang artinya Atthoriqu fi al jabal (jalan menuju gunung) atau dapat diartikan sebagai sebuah pengetahuan tentang akhlaq yang terpuji, akhlaqul karimah. Dari pengertian ini manaqib dapat diartikan sebuah upaya untuk mendapatkan limpahan kebaikan dari Allah SWT dengan cara memahami kebaikan-kebaikan para kekasih Allah yaitu para Aulia.

Dalam budaya yang ada di masyarakat Pati manaqiban atau yang berarti membaca manaqib dipercaya sebagai ritual untuk terus-menerus menyambung tali silaturahmi dengan sang wali yaitu Syekh Abdul Qadir al Jailany yang dikenal dengan sultanul aulia. Karenanya manaqib yang dibaca adalah Manaqib Syekh Abdul Qadir al Jailany.

Beliau adalah seorang ‘alim di Baghdad. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Diantara perkataan Imam Ibnu Rajab ialah, Syekh Abdul Qadir al Jailany adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah.

  1. Tata Cara Pelaksanaan Manaqiban di Daerah Pati

Dalam pembacaan manaqib ini biasanya salah seorang memimpin bacaan yang terdapat dalam kitab manaqib. Sementara yang lainnya dengan khusu’ mendengarkan secara aktif memuji Allah dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam Asmaul Husna. Bagi yang mengerti bacaannya dapat menyelami lebih dalam maksud dan pelajaran-pelajaran dari isi kitab tersebut. Sebab di dalamnya berisi perikehidupan, kebiasaan dan kelebihan-kelebihan dari waliyuAllah.

Setiap nama Syekh Abdul Qadir al Jailany disebut, maka para hadirin membaca al-Fatihah, dan kalau sampai pada cerita seekor ayam berkokok: Laa ilaaha illalloh, Muhammad Rasululloh, Syekh Abdul Qadir Jailani waliyulloh, radhiyallohu anhu.

Setelah itu dibacakan doa-doa Istighotsah, yang isinya menyeru arwah orang-orang shalih, untuk dimintai bantuan permohonan kepada Allah ta’ala.

Dalam ritual ini biasanya disediakan nasi berkat yaitu nasi yang di ditaruh besek (bakul kecil) yang terdapat berbagai lauk pauk didalamnya. Ada juga lauk ikan ayam yang tidak boleh dipotong-potong yang ditaruh di tengah-tengah disediakan bejana besar yang ditutup dengan kain putih, dan adakalanya diberi bunga-bungaan. Setelah selesai upacara, ayam pun dipotong-potong kemudian dibagi-bagikan, lalu mereka berebutan meminum kuahnya. Dan upacara pun selesai.

Di samping itu, terdapat juga kepercayaan, ‘bahwa para wanita pemasaknya harus suci dari haidh, alat-alat untuk memasak hanya dikhususkan untuk manaqiban, tidak boleh digunakan untuk keperluan lain. Periuknya harus serba baru, dan semua yang hadir harus berwudhu terlebih dahulu.

Antara satu daerah dengan daerah lainnya, kadang-kadang terdapat perbedaan-perbedaan kecil dalam variasi praktek upacara manaqiban ini. Ada yang hanya sekedar membaca doa-doa yang terdapat pada bagian akhir kitab Manaqib, yang lazim disebut upacara “Istighotsah” dan ada pula yang disebut “Dulkadiran”, yaitu sekedar upacara makan-makan dengan hidangan nasi uduk dan lauk ikan ayam, sebagai pelepasan nadzar kepada Syekh Abdul Qadir Jailani, untuk terkabulnya suatu maksud.

BAB III

KONDISI LAPANGAN

Pelaksanaan tradisi manaqiban yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati biasanya diselenggarakan secara rutin tiap malam sebelas pada tiap bulannya, dan bergiliran dimasing-masing rumah warga, oleh masyarakat Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati kegiatan ini disebut sebagai ‘Suwelasan’.

Selain ‘Suwelasan’ kegiatan baca manaqib atau manaqiban ini juga dilaksanakan jika ada anggota masyarakat yang hendak mengadakan walimatul ‘arsy, walimatul khitan, membeli barang baru, rumah baru, nadzar dan lain sebagainya sesuai hajat dari sang pemilik hajat. Manaqiban ini juga sering dilaksanakan di masjid mushollah-musholla desa dan rumah sang pemilik hajat.

Manaqib di Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati ini biasanya dipimpin oleh salah seorang pemuka agama yang telah dipercaya warga sekitar untuk membacakan manaqib dan tahlil. Pemuka agama ini bisa saja ‘Mbah Modin’ atau pemuka agama lainnya. Warga yang menjadi undangan acara ini biasanya adalah tetangga sekitar rumah sang punya hajat, misalnya lingkup satu RT.

BAB IV

ANALISIS LAPANGAN

Pada umumnya upacara manaqiban itu diselenggarakan, baik yang disebut Manaqiban, Dulkadiran maupun Istigotsah, adalah untuk maksud-maksud seperti: pelepasan nadzar, tabarruk (mencari berkah), tawassul (agar do’a atau ibadahnya dapat lebih diterima dan dikabulkan oleh Allah) di samping ada juga yang bermaksud untuk irtizaq (pelarisan – Jawa) agar rizki bertambah, dan ada pula yang bertujuan untuk menolak atau mengusir makhluk halus, sihir dan sebagainya. Namun di Desa Kalimulyo ini manaqiban dimaksudkan hanya sebagai ritual ‘selametan’ dan ngalap berkah dari sang waliyuAllah.

Rangkaian ritual yang dilaksanakan sama sekali tidak membawa unsur-unsur mistis dan pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang yang seperti halnya dilakukan orang-orang Jawa Klenik. Namun disini hanya berisi pembacaan manaqib kemudian diiringi tahlil dan istighosah yang kesemuanya berisi kebaikan dan nilai-nilai agama yang kuat. Jadi masyarakat Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati jika ada yang menganggap tradisi manaqiban yang mereka lakukan sebagai tradisi kafir merekapun tidak sependapat.

Iklim masyarakat Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati yang agamis namun masih mencoba menguri-uri tradisi leluhur mendorong lahirnya tradisi manaqiban sebagai sebuah akulturasi dari nilai Jawa dan Islam. Pembauran antara Jawa dan Islam dalam manaqib ini memiliki ciri yaitu bagian luarnya menggunakan simbol Jawa namun ruh budayanya adalah Islam. Jawa digambarkan seebagai wadah, sedangkan isinya adalah Islam. Nilai-nilai Jawa yang terkandung adalah tradisi misalnya dalam hal penyajian hidangan sedangkan muatannya (bacaanya) sarat dengan nilai-nilai Islam.

BAB V

KESIMPULAN

Tradisi manaqiban yang dilakukan masyarakat Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati merupakan salah satu contoh akulturasi nilai Jawa dan Islam dalam aspek ritual. Semangat menghidupkan budaya peninggalan leluhur dan semarak beragama melatar belakangi munculnya tradisi manaqiban di daerah ini. Pelaksanaan Manaqiban di Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati diselenggarrakan rutin dan jika ada hajat-hajat tertentu. Tujuan dari manaqiban ini bagi mayarakat Desa Kalimulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati adalah sebagai ritual memohon keselamatan dan mengharap berkah kepada Allah dengan perantara WaliyuAllah.

REFRENSI

http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/05/pengertian-manaqib.html#ixzz3vDonbhB7

https://syeikhabdulqadirjaelani.wordpress.com/

 

 

LAPORAN STUDI LAPANGAN

MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG

 

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah:  Islam dan Budaya Jawa

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

Logo_uin_walisongo

Disusun oleh :

NURUL AFIFAH

133511049

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2015


 

Museum Ronggowarsito dan Kebudayaan Jawa-Islam

Letak dan Keadaan Umum Museum Ronggowarsito

Museum Jawa Tengah Ranggawarsita adalah museum yang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan budaya dan benda budaya Jawa Tengah. Museum ini diresmikan tanggal 5 Juli 1989 dan memiliki koleksi sekitar 59784 koleksi. Terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh No. 1 Kalibanteng Kulon Semarang, persis di sebelah bundaran Kalibanteng, dekat bandara Ahmad Yani di Semarang dan hanya 4 km jauhnya dari pusat kota ke arah barat.

Bangunan museum terdiri dari 4 gedung yang masing masing menceritakan sejarah yang berbeda. Gedung A lantai 1 menampilkan beberapa jenis bebatuan, stalagtit dan stalagmit, meteorit yang ditemukan di daerah Mojogedang, Karangayar dan lain-lain. Lantai 2 menyajikan wahana zaman purba, seperti fosil kayu kuno dan lain-lain. Gedung B lantai 1 berisi peninggalan peradaban Hindu Budha, seperti Lingga dan Yoni, arca-arca, miniatur candi yang ada di Jawa Tengah. Kebudayaan yang bercorak Islam seperti miniatur masjid Agung Demak dan Menara Masjid Kudus, Mustaka masjid Mayong Jepara, salinan Alquran yang ditulis dengan tangan dan lain-lain. Lantai 2 berisi keramik dan batik, macam-macam gerabah. Gedung C lantai 1 berisi koleksi benda-benda yang dipakai ketika pertempuran dan diorama pertempuran-pertempuran yang pernah terjadi di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Lantai 2 terdapat ruang koleksi teknologi industri dan transportasi, serta beragam model kerajian rumahan. Gedung D lantai 1 memamerkan tentang pembangunan, tradisi nusantara. Lantai 2 terbagi atas ruang kesenian berisi kesenian wayang, kesenian kuda lumping, barongan dan seni musik.

Koleksi bercorak Jawa dan Islam

Seperti kita ketahui sekitar akhir abad ke 15 Islam mulai besar di Jawa Tengah yang terbukti dengan adanya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam yang cukup besar pengaruhnya di Indonesia. Iklim orang Jawa yang masih sangat kental dengan budaya nenek moyang sehingga Walisongo mencoba mendesain kembali budaya nenek moyang dalam aspek kehidupan politik, ekonomi, sastra, tradisi, pendidikan agar tetap berwajah Jawa namun berisikan pengaruh dari Islam. Usaha Walisongo yang tidak meninggalkan kebudayaan Jawa yang telah mengakar di masyarakat ini bertujuan agar masyarakat lebih mudah menerima agama Islam saat itu. Dan museum ronggowarsito ini menjadi jendela kita untuk mengetahui bukti-bukti masa kejayaan tersebut.

Karena koleksi museum Ronggowarsito adalah berbagai warisan budaya dan benda budaya Jawa Tengah dari masa ke masa, maka dalam museum ini juga terdapat banyak koleksi yang menampilkan berbagai budaya masyarakat Jawa Tengah yang mengandung nilai-nilai Islam. Benda yang ditampilkan merupakan perpaduan atau akulturasi dari budaya Jawa dan Islam.

Koleksi-koleksi museum Ronggowarsito yang memiliki corak Jawa-Islam diantaranya Masjid Aqsha Kudus (Masjid Menara Kudus) memiliki corak Jawa yaitu bentuk atap tumpang tiga yang menggambarkan kasta manusia dibagi menjadi tiga yaitu sudra, ksatria, dan brahma, yang kemudian diterjemahkan menjadi lambang keislaman seseorang yang ditopang oleh tiga aspek, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Selain itu juga dianggap sejajar dengan syari’at, thoriqot dan ma’rifat.

Perpaduan Jawa-Islam juga tampak pada Masjid Agung Demak. Atap bangunan yang runcing dan bertingkat-tingkat ke atas dengan tiang-tiang penopang yang besar dan tinggi. Motif-motif hias tiang bangunannya tampak berhubungan dengan kebudayaan Majapahit saat itu. Bangunan induk dan serambi juga mengadaptasi dari bentuk istana-istana Majapahit.

Ada lagi koleksi yang bercorak Jawa-Islam yang berhubungan langsung dengan Kota Semarang yaitu Warak Ngendog yang manjadi mascot kota Semarang. Warak yang berasal dari kata bahasa Arab Wara’I yang bermakna menahan. Mainan ini adalah mainan khas yang hanya ada pada acara dugderan (yaitu acara menyambut datangnya bulan puasa). Warak adalah sebuah hewan rekaan yang menyeramkan berbadan kambing, barkaki kuda, berkepala naga, serta memiliki bulu-bulu yang tidak rapi adalah sebuah symbol nafsu manusia yang harus dikalahkan di bulan Ramadan untuk mendapatkan kesucian di hari idul fitri yang disimbolkan dengan “endognya”.

Dilihat dari koleksi-koleksi tersebut kita dapat menyebut bahwa museum Ronggowarsito adalah salah satu wahana dalam melestarikan peninggalan-peninggalan bercorak Jawa-Islam, sehingga bukti kerukunan dan akulturasi Agama Islam dan Budaya Lokal (Jawa) memang ada saat itu.

PAK BONSAI, DOSEN INSPIRATIF SEKITAR KITA

index

oleh : Nurul Afifah

Mencari panutan tidak perlu dari pahlawan, tokoh dunia atau pun tokoh-tokoh terkenal lainnya. Sosok-sosok sukses disekitar kita pun bias kita jadikan uswah hasanah. Adalah M. Rikza Chamami, sosok Pak Bonsai (panggilan beliau saat masih kecil karena posturnya tidak terlalu tinggi) yang biasa namun kisahnya patut kita jadikan panutan. Perjuangan hidup dan semangatnya berhasil mengantarkan beliau dari seorang biasa di masa lalu menjadi orang yang luar biasa di masa depannya. Mulai dari menjadi mahasiswa lulusan S2 terbaik, penulis buku-buku islami, dan menjadi dosen UIN Walisongo Semarang adalah sedikit dari kisah kesuksesan yang diraih seorang M. Rikza Chamami.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh pria kelahiran Kudus, 20 Maret 1980 ini, mulai dari pendidikan di Tk Nawa Kartika Kudus selama dua tahun. Melanjutkan pendidikan SD di alamamater yang sama selama enam tahun. Setelah tamat SD Nawa Kartika, kemudian sebelum masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, beliau harus mengulang dua tahun karena ada beberapa materi yang harus dipelajari di kelas 5 MI Qudsiyyah Kauman Kudus sebagai syarat masuk MTs. Jenjang MTs dan MA dilanjutkan di yayasan yang sama yaitu Qudsiyyah Kauman Kudus. Program S1 ditempuh di IAIN Walisongo Semarang jurusan Kependidikan Islam sebagai program mayor dan Pendidikan Bahasa Arab sebagai program minor. Tahun 2004 wisuda dan mendapat gelar sebagai mahasiswa terbaik dengan IPK 3,72. Skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Neomodernisme Fazlur Rahman dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam” mendapat penghargaan sebagai skripsi terbaik dalam Puslit Award. Hanya dengan waktu satu setengah tahun memperoleh gelar Master Studi Islam (MSI) dengan predikat camlaude dan sebagai mahasiswa terbaik S2 Program Studi Pendidikan Islam dengan tesis “Nilai-nilai Pendidikan Sufistik: Studi Interaksi Guru-Murid Tarekat di Kudus” dan sekarang, ia melanjutkan pendidikan demi menempuh gelar Doktor di UIN Walisongo Semarang jurusan Studi Islam. Selama menempuh pendidikan, beliau berhasil memperoleh beberapa beasiswa.

Pria yang memiliki segudang prestasi akademik ini, semasa sekolah juga memiliki kiprah yang cukup eksis di berbagai organisasi diantaranya PKS, Bhayangkara Polres Kudus, Forum Komunikasi Antar Pelajar (FKAP), Pimred Majalah EDUKASI, PMII, dan masih banyak organisasi lainnya. Pengalaman non akademiknya tidak hanya berhenti pada ikut organisasi saja. Dalam hal tulis menulis beliau berhasil menorehkan banyak prestasi. Berbagai tulisannya dipublikasikan di bebagai media cetak. Selain artikel koran beliau juga menulis beberapa buku islami diantaranya “Islam dan Studi Kontemporer”, “Pendidikan Sufistik: Mengungkap Tarekat Guru-Murid”, “Pendidikan Kaum Sarungan”, “Pendidikan Neomodernisme” dan masih banyak lainnya. Beliau memulai pekerjaannya di Staf Peneliti CerMIN (Central Riset dan Manajemen Informasi), Asisten Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Staf Redaksi Majalah Al-Mihrab, Staf Administrasi PanPel PSIS Semarang, staf ahli Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan akhirnya menjadi Dosen FITK UIN Walisongo Semarang.

Jika dilihat dari berbagai kesuksesan dan prestasi yang diraih diatas, semuanya bukanlah masalah hal gampang dalam meraihnya. Bagi pak Rikza yang notabenenya bukan berasal dari keluarga mewah membuatnya harus berjuang lebih keras dalam menghadapi kehidupan. Dengan penghasilan pas-pasan orang tuanya yang seorang pengrajin sandal tidak menjadikannya pesimis dan putus asa, namun semangatnyalah yang mengubah hidupnya menjadi lebih bermanfaat.

Peran orang tua pun dianggap oleh beliau sebagai kunci kesuksesannya. Didikan orang tua yang ketat dengan prinsip tirakatnya mendorongnya agar selalu hidup sederhana, tepa seliro, saling menghormati dan menjalin hubungan baik dengan sesama, mengubah bayi Rikza yang nakal menjadi seorang yang sukses.

“Memang nasib orang siapa tau, mengalir saja apa adanya, jalani hidup ini dengan sungguh-sungguh insya Allah hasilnya akan memuaskan”. Satu hal yang saya ambil dari kalimat yang keluar dari mulut pak Rikaz tersebut. Sebagus apapun planning yang telah kita siapkan untuk masa depan, but you never know what tomorrow will bring, bisa saja berbelok atau tidak sesuai rencana. Rancangan manusia tidak akan lebih baik dari rancangan Allah, yang bisa dilakukan manusia hanya berusaha yang terbaik dan do’a semoga apa yang sedang kita usahakan bisa menjadi takdir yang baik dan mengantarkan kita pada ridho-Nya.

Demikian sepenggal cerita yang bisa saya kisahkan dari perjalanan hidup dosen saya M. Rikza Chamami (Pak Bonsai), dari seorang biasa menjadi sosok dosen yang telah memotivasi saya dan orang-orang lain disana. Semoga bisa menjadi teladan bagi semua. Amin

MEMBUNGKUS AURAT ALA ‘JILBOOBS’

Oleh : Nurul Afifah

Jaman sekarang era fashion semakin beragam dan menarik. Tidak hanya kalangan umum saja yang selalu mengikuti perkembangan fashion, bahkan umat islam pun mulai terjangkit wabah perkembangan fashion ini, khususnya fashion untuk wanita. Sudah biasa kita jumpai wanita muslim yang mengenakan jilbab di tempat umum, tidak seperti beberapa waktu silam yang mana orang-orang sukar untuk melihat wanita memakai jilbab. Fashion jilbab sekarang juga tak kalah unik dan menarik modelnya. Tapi sayangnya justru banyak ditemukan jilbab yang bentuk/cara pemakaiannya tidak sesuai syariat agama.

Apa yang mereka kenakan dianggap sudah tidak sesuai dengan arti jilbab itu sendiri. Jilbab diartikan sebagai busana muslim yang bentuknya terusan panjang untuk menutupi seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Wabah seperti ini akibat telah terkontaminasi oleh budaya baru, orang-orang lebih bangga mengikuti trend zaman tanpa memperdulikan apakah itu menyimpang dari syariat Islam atau tidak. Masalah berbusana yang saat ini sedang marak terjadi diantara para muslimah Indonesia adalah gaya berbusana ala ‘Jilboobs’.

‘Jilboobs’ berasal dari gabungan kata jilbab (kerudung/penutupkepala) dan boobs (payudara). Maksudnya, jilbab yang mereka pakai tidak difungsikan sebagai penutup aurat melainkan sebagai pembungkus aurat. Gaya busana ini memang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan seharusnya tidak ditiru oleh para muslimah. Karena, meski mereka memakai jilbab, namun mereka membiarkan bagian lekuk dadanya itu tetap terlihat dengan jelas, apalagi bagi mereka yang memakai pakaian ketat. Padahal, sejatinya seorang muslimah yang memakai jilbab diwajibkan bagi mereka mereka berbusana dengan pakaian yang dapat menutupi aurat, yang sekiranya tidak menebar syahwat bagi siapa saja yang melihatnya.

Kewajiban berjilbab atau menutup aurat bagi wanita, Allah SWT berfirman, “Hainabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).

Firman Allah di atas menerangkan secara tegas bahwa setiap wanita yang mengaku muslimah haruslah mengenakan jilbab. Allah SWT juga memberikan jaminan bagi wanita mukminat yang berjilbab, bahwa mereka akan lebih aman dari gangguan pandangan orang-orang nakal, dibandingkan dengan mereka yang memakai pakaian mini dan terbuka auratnya. Namun, apabila ada seorang wanita yang di masa lalu tidak berjilbab dan kini berjilbab, maka Allah SWT akan mengampuni dosa mereka karena tidak memakai jilbab pada masa lalunya, karena Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang, sesuai dengan pengertian  yang tertuang dalam ayat di atas.

Jilbab model ini biasanya dikenakan para newbi (pengguna awal/awam). Karena dorongan ingin tetap tampil modis, para newbie belum bisa berjilbab dengan mengenakan baju-baju syar’i. Bagi orang awam yang belum mengerti hukum Islam sebenarnya, mereka masih bias dimaklumi jika mengikuti trend seperti itu. Karena, ‘jilboobs’ bias menjadi jembatan bagi kaum newbie yang ingin belajar mengenakan jilbab. Mungkin dengan terlebih dahulu mengikuti gaya ‘Jilboobs’, lambat laun mereka akan terbiasa mengenakan jilbab, dan setelah mereka mengetahui aturan berbusana muslimah yang benar, mereka dapat menutup auratnya dengan sempurna sebagaimana yang disyariatkan.

Trend membungkus aurat ala ‘jilboobs’ ini sebenarnya tidak sesuai dengan syariat, namun kita tidak boleh lantas menjudge para jilboobers. Apa boleh dikata jika para newbie hanya bisa memulai berjilbab dengan gaya dan trend seperti ini terlebih dahulu, sebelum mereka siap menutup auratnya secara sempurna. Namun sebagai muslimah yang taat hendaknya kita untuk selalu memeperbaiki kesalahan yang telah dilakukan kearah hidup yang lebih baik sesuai yang telah disyari’atkan agama kita.

RESENSI: INTERAKSI GURU-MURID KAUM SUFISTIK

Cover Depan Buku

Judul buku                            : Pendidikan Sufistik: Mengungkap Tarekat Guru-Murid

Penulis/Pengarang             : M. RikzaChamami, MSI

Nama Penerbit                     : PT. PUSTAKA ZAMAN

Cetakan, TahunTerbit         : Pertama, Desember 2013

Tebal                                      : xxii+202

Resensator                           : Nurul Afifah

INTERAKSI GURU-MURID KAUM SUFISTIK

Ditengah makin maraknya tindak amoral yang melibatkan peserta didik sebagai pelaku, menyisakan banyak pertanyaan mulai apa yang salah dari sistem pendidikan dan bagaimana solusi problematika ini. Fenomena semacam ini-lah yang menarik perhatian seorang M. Rikza Chamami (dosen FITK UIN Walisongo Semarang) untuk membahasnya lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul:  “Pendidikan Sufistik: Mengungkap Tarekat Guru-Murid”. Dalam buku ini akan disajikan secara khusus tentang hubungan guru-murid tarekat yang ada dalam dalam sistem pendidikan sufistik di daerah Kudus.Buku tersebut menjadi perbandingan interaksi guru-murid dipendidikan formal dengan interaksi guru-murid didalam tarekat.

Dalam pengantar buku ini, penulis berpendapat bahwa fenomena amoral sebagai bentuk kegagalan hasil sistem pendidikan Indonesia. Indonesia coba menganut sistem negeri barat, dimana kemampuan siswa dikembangkan secara optimal namun tanpa landasan agama dan moral sehingga melahirkan individu yang cerdas namun jauh dari nilai-nilai agama. Kenyataan ini sudah sewajarnya dianggap sebagai kegagalan pembangunan bidang agama. Agama hanya dianggap sebagai label kehidupan.Orang yang menganggap agama hanya sebagai label akan memposisikan agama hanya sebagai agama teori belum sampai agama terapan. Padahal ilmu agama tidak akan matang jika pengetahuan tentang agama tersebut tidak diiringi dengan prilaku agama.

Pada buku ini dijelaskan bahwa dalam Islam sendiri ada satu sistem pendidikan yang dikenal dengan sistem pedidikan sufistik (pendidikan tasawuf). Dalam proses tanziyah dan tarbiyah dalam tasawuf difokuskan pada mental dan moral, tasawuf sering mendorong pada sikap hidup yang berakhlakul karimah. Dalam tasawuf dikenal media berbentuk jama’ah sufistik yang dikenal dengan toriqoh. Tarekat inilah menjadi lembaga pendidikan sufistik yang memeberikan pendidikan kerohanian dan terbukti banyak menciptakan insan beradab.

Salah satu aspek edukatif yang ada pada model pendidikan tarekat yang tersusun secara prosedural adalah interaksi guru-murid. Soal interaksi guru murid dalam Islam sendiri telah banyak contohnya misalnya madrasah atau pesantren. Murid tarekat sangat menjaga etika pada gurunya saat berproses mencari pengatahuan dan guru memberikan bimbingan ilmu dengan kasih sayang.

Buku Pendidikan Sufistik ini menekankan penelitian berdasarkan fakta dan analisis perbandingan. Dalam penjabaranya beliau mengemukakan bahwasannya pendidikan sufistik merupakan pendidikan yang sebenarnya, karena dalam pendidikan tersebut lebih menekankan pendidikan akhlak al-karimah (moral education) yang merupakan hakikat dari pendidikan sifistik itu sendiri.Ketiga tarekat yang digambarkan dalam buku ini menjadi model pendidikan yang memprioritaskan nilai-nilai keteladanan dan adab seorang murid kepada mursyidnya . Dan begitu juga sebaliknya  dengan perlakuan mursyid terhadap muridnya yang tak segan memberi ilmu disertai memberikan kasih sayangnya.

Buku ini mampu mengungkap hal-hal unik seputar pendidikan sufistik yang dikemas dengan jalan bahasa yang jelas dan gamblang. Buku ini juga dilengkapi catatan kaki yang membantu pembaca dalam memahami isi buku dan menghindarkanpembaca dari kesalahan penafsiran.Buku yang dibuka dengan prolog oleh Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, MA, PhD akan membuat buku ini semakin menarikdandari prolog inibisasekilasmemberikangambaranisibuku. Namun sebagai buku yang syarat dengan ilmu agama hendaknya buku ini dikemas dengan mencantumkan ayat-ayat al quran sebagai penguat opini penulis, sehingga buku ini akan memberikan kesan disajikan dalam paket lengkap .Bagi para pemula buku ini memang sedikit sulit difahami karena penuh dengan istilah-istilah asing yang kemungkinan belum pernah diketahui oleh pembaca awam dalam bidang ini.Namun bagaimanapun juga buku ini akan sangat cocok jika digunakan sebagai rujukan dan bahan tambahan pengetahuan.

Al-Quran dan Sisi Kei’jazannya

Oleh: Nurul Afifah

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

ABSTRAK

Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ulum Al-Qur’an adalah perbincanganmengenai mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an.Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahawa para Rasul adalah utusan-Nya yang mendapat bantuan dan dukungan dari langit. Mukjizat yang diberikan kepada para Nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk memainkan peranannya dalam mengatasi kepandaian kaumnya, di samping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu di atas segala-galanya. Letak nilai mukjizat adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadapa apa yang dibawa Nabi tersebut.

Kata kunci : I’jazul Quran dan Segi Kemu’jizatan Baca lebih lanjut

Contoh Autobiografi

Autobiografi atau Otobiografi adalah biografi yang ditulis oleh subyeknya sendiri atau dengan pengarang lain yang didasarkan pada kisah dan pengalaman hidupnya. Autobiografi biasanya berisi informasi yang bersifat positif dan memotivasi agar bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi peembacanya. dalam autobiografi biasanya dicantumkan tentang data diri dan keluarga, cerita dari masa kecil hingga dewasa yang dituliskan secara runtut berdasar waktu, potensi yang dimiliki, cita-cita, dan usaha dalam menggapai cita-cita. Berikut contoh autobiografi yang telah saya buat sebagai tugas akademik. Baca lebih lanjut